Sabtu, 23 Desember 2017
Home »
AGEN POKER
,
AGEN POKER ONLINE
,
AGEN POKER TERBAIK
,
JUDI POKER ANDROID
,
POKER ONLINE INDONESIA
,
POKER ONLINE INDONESIA S
» Timbalnya Penyakit Ini, Bukti Memendam Emosi Tak Baik
Timbalnya Penyakit Ini, Bukti Memendam Emosi Tak Baik
TIPS KESEHATAN - Hidup di kota besar perlu pandai mengatur emosi. Jika percikan emosi yang kerap mewarnai hidup kita tak segera dipadamkan, bisa-bisa merugikan diri kita sendiri.
Kita tak pernah sadar jika emosi bisa merasuk sampai ke organ tubuh yang paling dalam. Kita baru menyadarinya setelah psikosomatik menyerang.
Hipnoterapis Rishita Dewi mengatakan psikosomatik merupakan penyakit yang tak mempunyai obat. Untuk menyembuhkan psikosomatik ini, kita harus bisa berdamai dengan diri sendiri.
Memaafkan serta menerima merupakan kunci terbebas dari penyakit yang disebabkan oleh pikiran, yang bisa menyerang organ tubuh secara spesifik.
"Kalau yang senang olahraga, bisa membuang emosi itu dengan olahraga. Kalau senang musik, bisa karaokean, mungkin?" terang Dewi ketika berbicang bersama MajalahKesehatan88.blogspot.com belum lama ini.
Tapi perlu diingat, bukan berarti emosi yang menancap di diri kita sudah 100 persen hilang. Pasti masih ada residunya.
"Kalau saya biasanya menyarankan melakukan meditasi healling releas," ujar dia.
Meditasi seperti yang Rishita sebutkan itu bisa dilakukan bersama-sama di tempatnya di kawasan Bangka, Kemang, setiap Selasa malam. Kira-kira pukul 19.00 WIB. Dalam pengerjaannya, metode yang akan diterapkan yaitu sedona metode.
Rishita menjelaskan bahwa metode ini pertama kali diperkenalkan oleh pejuang kanker dari Amerika, yang divonis tak akan berumur panjang. Hidupnya kurang dari 3 bulan lagi. Perempuan itu kemudian melepas semua pengobatannya. Dia pasrah, berusaha menerima takdir yang sedang dia hadapi.
Dia bertekad tak akan melakukan pengobatan medis lagi. Dia lagi pergi ke bukit Sedona di Arizona, dan memulai meditasi.
"Perempuan itu mer-release semua emosi-nya. Dia memaafkan dan menerima dirinya sendiri. Tiga bulan kemudian, dia masih hidup, bahkan (kalau tidak salah) sampai sekarang," tutur Reshita Dewi menambahkan.
Reshita menyadari kalau menerima merupakan hal paling sulit untuk dilakukan. Tapi, kalau kita sungguh-sungguh melakukannya, menerima akan jadi sesuatu yang mudah.
"Kita boleh marah, boleh juga sedih. Kita sulit menerima, karena (yang kita hadapi) antara ekspetasi dan kenyataan ada gap. Itu yang membuat kita marah, sedih, dan tidak menerima keadaan," tandasnya.
Emosi bisa itu pada dasarnya bisa dikendalikan. Tinggal bagaimana kita mengelolanya.
0 komentar:
Posting Komentar