TIPS KESEHATAN - Per 16 Desember 2017 kasus difteri telah ditemukan di 26 provinsi. Kasus terbanyak ditemukan di Jawa Timur lalu disusul Jawa Barat.
Salah satu strategi untuk mengendalikan Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri ialah dengan pemberian imunisasi tambahan difteri di wilayah tesebut atau Outbreak Response Immunization (ORI). Ini adalah pemberian khusus pada populasi yang berisiko tertular penyakit difteri.
Pemberian ORI seperti yang dilakukan secara serentak di beberapa wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten pada 11 Desember 2017 lalu.
Tujuan dari imunisasi tambahan difteri adalah mencegah meluasnya penularan penyakit, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat difteri, seperti mengutip rilis resmi dari Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Nah, berikut ini sejumlah fakta yang perlu orangtua juga ketahui tentang ORI difteri dari IDAI, seperti yang diterima MajalahKesehatan88.blogspot.com, Senin (18/12/2017).
1. Tidak semua wilayah dengan kasus difteri masuk program ORI
Penentuan daerah ORI difteri berdasarkan banyak pertimbangan, antara lain banyaknya kasus baru, mudahnya penularan yang berpotensi meluas menjadi wabah dan meningkatkan angka kesakitan dan kematian tinggi. Lalu, tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi serta kesiapan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia.
2. Jadwal pemberian vaksin difteri
Sasaran ORI adalah anak usia 1 sampai dengan kurang dari 19 tahun tanpa memandang riwayat imunisasi. Vaksin yang disuntikkan adalah DPT atau DT, atau Td sesuai usia sebanyak tiga kali.
Suntikan pertama disuntikkan satu kali pada bulan ini, suntikan kedua sebanyak satu kali dengan jarak satu bulan dari suntikan pertama, dan suntikan ketiga diberikan satu kali berjarak enam bulan dari suntikan kedua.
3. Suntikan vaksin di lengan atas
Petugas kesehatan akan menyuntikkan vaksin secara intramuscular di area otot lengan atas kiri dengan dosis 0,5 mililiter.
5. Bila ORI di luar sarana kesehatan pemerintah
Hingga 13 Desember 2017, distirvusi vaksin DPT, DT, dan Td baru dilakukan di sarana kesehatan pemerintah. Bila pasien datang ke dokter praktik swasta dapat tetap mendapatkan imunisasi, tapi dengan pembayaran mandiri baik untuk jasa maupun pembelian vaksin.
6. Imunisasi sudah lengkap, anak tetap harus ikuti imunisasi tambahan
Pemberian vaksin skala luas diperlukan untuk mengendalikan KLB tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Jadi, bila anak sudah mendapatkan imunisasi lengkap, tetap diberikan tiga dosis vaksin sesuai jadwal ORI.
7. Efek samping
Vaksin difteri dapat menimbulkan demam, nyeri, gatal, kemerahan, dan bengkak di area suntikan.
Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof DR dr Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K) mengatakan bila anak demam, bisa diberikan paracetamol. "Namun itu tidak seberapa ya dibanding dengan penyakit difteri yang mematikan," kata Sri saat dihubungi beberapa saat lalu.
8. Imunitas muncul hitungan minggu
Secara umum, kekebalan tubuh yang terbentuk oleh rangsangan vaksin dapat melindungi anak setelah dua minggu pascaimunisasi.
0 komentar:
Posting Komentar